Thomas Hobbes, Manusia in Abstracto menjadi Bellum omnium contra omnes. Dan Juga Negara,Gereja dan Raja

https://i.ytimg.com/vi/9i4jb5XBX5s/maxresdefault.jpg
Foto dari Thomas Hobbes
Thomas Hobbes berasal dari Inggris adalah seorang penganut agama dan percaya adanya Tuhan, seorang pemikir besar dan seorang penulis yang hidup pada tahun 1588-1679 . Tujuan hidup seorang manusia menurut Thomas Hobbes adalah kebahagiaan. Kebahagian yang dapat dicapai dengan cara berlomba-lomba antara manusia yang satu dan lainnya, antara kelompok yang satu dengan yang lainnya tidak lupa juga dengan gerak cepat untuk mendahului 'lawan' atau 'saingan' individu atau kelompok itu sendiri. Lalu bagaimana contoh meraih kebahagiaan itu menurut Thomas Hobbes ? Caranya adalah dengan dengan 'alat-alat' , yaitu kekuasaan, kekayaan dan nama baik/pengaruh dan pertemanan/kawan. Kekuasaan terbesar untuk kepentingan manusia adalah negara menurut Thomas Hobbes. Ajaran-ajarannya ini ditulis dalam buku beliau berjudul De Cive artinya tentang warga negara dan Leviathan artinya tentang negara .

Bellum omnium contra omnes
http://harianbernas.com/online/public/foto_news/image_news_535/01512874029hukum-alam-manusia.jpg
Ilustrasi Hukum Alam
Thomas Hobbes adalah seorang yang menganut Hukum Alam yang bahwasanya hukum ini berpangkal pada keadaan manusia sebelum adanya negara, dimana manusia masih bergantung kepada alam dan keadaan bebas dari ikatan maupun peraturan apapun, hal ini juga disebut dengan manusia inabstracto. Namun dalam kondisi manusia inabstracto ini menimbulkan suatu permasalan bagi manusia itu sendiri sehingga menganggap manusia lain adalah 'musuh' atau 'lawan' karena adanya keinginan manusia untuk lebih unggul, lebih baik dan cenderung menguasai. Hal ini membuat seorang manusia melawan manusia lainnya, yang apabila dalam kondisi satu manusia 'kalah' maka akan mencari manusia yang memiliki tujuan yang sama dengan dirinya dan membentuk kelompok , lalu kelompok melawan satu orang, kelompok melawan kelompok hingga semua kelompok melawan semua kelompok, hal inilah yang disebut dengan Bellum omnium contra omnes, yaitu dimana setiap orang selalu memperlihatkan keinginan-keinginannya yang sangat bersifat egoistis. Dan dalam kondisi Bellum omnium contra omnes tidak ada hukum yang berlaku hanya nafsu manusia saja yang ada.

Namun sebelum jauh membahas Bellum omnium contra omnes ada beberapa kriteria dari manusia in abstrakto untuk dapat mencapai Bellum omnium contra omnes dalam sifat tertentu, yaitu :


https://www.etalasebisnis.com/wp-content/uploads/2016/02/Persaingan-Bisnis.jpg
ilustrasi bagaimana persaingan/kompetisi
  1. Competitio atau Competition dalam bahasa Indonesia yang berarti persaingan, dalam kondisi ini sifat manusia adalah selalu bersaing (sifat awal) untuk memenuhkan keinginan dan nafsunya, hingga seorang individu/manusia itu sendiri menghalalkan segala cara dalam kondisi ini, karena tidak adanya peraturan yang berlaku dan hanya ingin mewujudkan keinginannya sendiri.
  1. Defentio atau defend atau dalam bahasa Indonesia yang berarti mempertahankan atau membela diri. Dalam kondisi ini adalah sifat manusia yang mempertahankan miliknya atau nafsunya. Maka setelah seorang individu itu mencapai keinginannya dan menjadi manusia unggul daripada manusia lainnya maka keinginan untuk bertahan dan tidak dikuasai manusia lain akan timbul. Bentuk pertahanan dan membela diri ini juga sebagai bentuk jaminan keselamatannya di hari depan.
  1. Gloria. Adalah sifat manusia tentang bagaimana ingin selalu dihormati, disegani dan dipuja-puji karena setelah melalui perjuangan dan tetap mampu bertahan maka kesuksesannya itu adalah sebuah prestasi yang tidak semua manusia mampu mencapainnya.

Pada dasarnya seorang manusia saat dilahirkan kedunia ini sudah memiliki ketiga sifat diatas, hal inilah yang membayangi seorang manusia selama hidupnya, sesuatu yang tidak selalu mudah dan dapat dicapai dengan ketegangan-ketegangan, permasalahan, perlawanan, peperangan hingga mencapai Bellum omnium contra omnes .
https://cdn.hellosehat.com/wp-content/uploads/2017/09/rasa-takut.jpg?x54339
Seseorang dengan ekspresi ketakutan
Meskipun seorang manusia sudah memiliki ketiga hal dari manusia in abstracto semenjak lahir namun ada 3 (tiga) hal juga yang menjadikan seorang manusia itu tidak mencapai kondisi yang disebut Bellum omnium contra omnes , yaitu adalah :
1. Adanya rasa takut kalah atau bahkan mati
2. Betah terhadap sesuatu atau keinginan satu hal saja
3. Kesempatan bekerja agar memiliki sesuatu atau satu hal saja , yaitu pada kriteria nomor 2 sebelumnya.

Kertiga hal diatas kemudian membentuk manusia-manusia tersebut untuk menciptakan perdamaian antara umat manusia satu dengan yang lainnya, perdamaian tersebut bertujuan agar tidak ada permusuhan dengan perjanjian-perjanjian masyarakat yang selanjutnya membentuk negara.

Perjanjian Masyarakat Menurut Thomas Hobbes
https://ervakurniawan.files.wordpress.com/2014/05/janji.jpg
Salah satu cara bagaimana dua orang melakukan perjanjian
Bagi seorang Thomas Hobbes perjanjian masyarakat itu adalah suatu perjanjian yang sifatnya langsung yang artinya orang-orang yang menyelenggarakan perjanjian tersebut adalahlansung menyerahkan atau melepaskan haknya atau kemerdekaannya kepada raja, jadi tidak melalui masyarakat, raja tersebut berada di luar perjanjian dan bukan merupakan pihak dari perjanjian tersebut, dan seorang raja memiliki kekuasaan yang absolut. Yang dimaksud dengan kekuasaan absolut daripada raja disini adalah bahwasanya seorang raja adalah bahwa raja dapat melakukan apa saja, bahkan membunuh sekalipun, asal hal tersebut adalah untuk perdamaian dan menjadi tujuan daripada keamanan perjanjian masyarakat dan menjadi tujuan negara. Dan bila seorang raja berbuat melanggar hukum, tidak dapat dikatakan bahwa raja tersebut dikatakan bersalah, atau melanggar hak orang lain, atau melanggar perjanjian masyarakat itu sendiri, karena raja tidak bertanggung jawab kepada siapapun.

Agama, Negara dan Raja
https://www.theindonesianinstitute.com/wp-content/uploads/2016/10/agama-dan-politik-620x330.jpg
Gambar ilustrasi Agama dan Politik
Seperti yang dijelaskan pada awal bab ini adalah bahwasanya seorang Thomas Hobbes adalah seoang penganut agama dan pecaya adanya Tuhan namun menurut Thomas Hobbes mengenai negara dengan gereja adalah bahwa gereja itu menjadi satu dengan negara dan raja pemimpin daripada gereja-gereja dengan kekuasaan yang absolut.


Referensi dan Sumber :
Thomas Hobbes, De Cive
Thomas Hobbes, Leviathan

Bagikan:

Posting Komentar

Silahkan berkomentar dengan sopan santun dan kaidah yang berlaku

Top Ads

Middle Ads 1

Middle Ads 2

Bottom Ads